Selasa, Desember 10, 2024
spot_img

Suka Cita Santri Sabilunnajat Memaknai Kemerdekaan Indonesia ke-78

DAERAH, Lokacita: Pondok Pesantren Sabilunnajat yang berada di Dusun Sukamaju, Rt/Rw 09/24, Desa Cileungsir, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis yang di dirikan pada tahun 1965 oleh K.H Hasan Ma’ruf.

Bangsa Indonesia telah berusia 78 Tahun sejak ia diawali merdeka pada tahun 1945, santri Sabilunnajat memaknai kemerdekaan Indonesia yang ke-78 dengan semangat membara dalam melaksanakan kegiatan perlombaan-perlombaan di pesantren.

Perlombaan yang menyatukan semangat dan kekompakan antar santri tiap asramanya dalam melaksanakan perlombaan yang di adakan di Pesatren Sabilunnajat Rancah.

Perlombaan yang di mulai pada hari Jum’at, Minggu, dan kamis (11,13,17 Agustus )menjadi nilai plus bagaimana para Santri Sabilunnajat memaknai sebuah perjuangan untuk mempertahankan jati diri dari tiap asaramanya mereka masing-masing.

“Kami melaksanakan perlombaan di mulai hari Jum’at,Minggu dan Kamis, semua Santri sangat bersemangat dalam memperingati HUT RI ke-78 yang di meriahkan dengan perlombaan”, ungkap Rian Ketua Panitia Perlombaan HUT RI Pesantren Sabilunnajat.

Dalam acara puncak perlombaan yang dilaksanakan pada malam Jum’at, Guru kami Ustad Ohan Jauharuzzaman menegaskan bahwa kita harus bisa merdeka dari menahan setiap hawa nafsu yang selalu ada dalam diri kita.

“Pada zaman sekarang kita tidak lagi di jajah oleh bangsa dari Eropa dan yang lainnya, tapi sekarang kita di jajah dengan perkembangan zaman ini, tergantung kita bisa menahan hawa nafsu kita untuk terjun ke zaman yang salah ini”, tutur Ustad Johan.

Kemerdekaan saat ini gimana kita bisa memaknai bahwa kita harus tetap mengaji,belajar dan mencari ilmu agar tidak terjajah oleh pemikiran dan zaman yang begitu semakin maju.

“Kita sebagai pelajar harus tetap belajar menyeimbangankan ilmu agama dan ilmu umum, agar kita tidak terlalu terbawa oleh arus zaman,
Dan tidak terjajah oleh setiap pemikirian dan zaman yang semakin maju”, lanjutnya.

Pada zaman dulu para masyarakat, para kiyai dan para santri menginginkan kehidupan yang lebih baik dengan mengankat bambu runcing dan peperangan melawan penjajah. Saat ini kita sudah aman dan tinggal meningkatkan kegigihan untuk tetap belajar dan berusaha.

“Kenapa kita mengadakan perlombaan itu untuk memaknai kemerdekaan, karena dengan kerjasama dan gotong royong kita bisa memakna bahwa setiap perjuangan kita harus tetap bersama dan tidak boleh sendiri”, ungkap Rian ketua panitia Perlombaan.

Bagikan

Komentar

Artikel Terkait
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -
Google search engine
- Advertisment -
Google search engine

Terbaru