DAERAH, Lokacita: Kerusuhan antara aparat dan warga kembali terjadi di Pulau Rempang, mulai dari sikap aparat sampai penggunaan gas air mata jadi sorotan.
Bentrokan tersebut lebih tepatnya terjadi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, pada hari Kamis (07/09).
Kedatangan aparat bermaksud untuk melancarkan pemasangan pataok tanda batas lahan untuk proyek Rempang Eco-City.
Proyek tersebut dinilai akan sangat menguntungkan daerah mengingat diprediksi akan menarik investasi hingga 381 triliun pada tahun 2080.
Masyarakat pulau Rempang diketahui merupakan warga adat yang sangat ketat menjaga tradisi dan lingkungannya.
Dengan latarbelakang demikian dapat dimaklumi akan adanya penolakan terhada proyek tersebut.
Mengutip kronologi dari Tempo, masyarakat yang tidak setuju menutup akses jalan utama agar para petugas tidak bisa lewat.
Mulai dari penimbunan pohon sampai menempatkan blok kontainer dilakukan untuk memblokir akses ke lokasi.
Menyikapi penutupan jalan tersebut akhirnya tim gabungan dari TNI, Polri dan Satpol PP diturunkan untuk melancarkan pemasangan tanda batas lahan.
Petugas gabungan kemudian datang dan membersihkan jalan. Tidak hanya itu, Aparat terus memaksa masuk dan menerobos jalan yang dihalangi warga.
Warga yang tidak senang dengan tindakan aparat gabungan tidak tinggal diam dan akhirnya pada sekitar pukul 10.00 WIB terjadi bentrok antar keduanya.
Aparat yang dilengkapi dengan peralatan yang mumpuni berada di posisi yang cukup unggul hingga berhasil memukul mundur demonstran.
Dalam prosesnya, aparat gabungan menggunakan gas air mata untuk menekan para warga yang melawan dan disinilah masalah terjadi.
Gas air mata yang dilepaskan petugas tidak hanya berdampak pada demonstran tetapi juga menyebar ke area Sekolah Dasar hingga berdampak pada siswa.
Dilansir dari BBC Indonesia, gas air mata menyebar ke 2 area sekolah yaitu SD 24 Galang dan SMP 33. Mengakibatakn 11 anak harus dibawa ke rumah sakit.
Pendapat lain dilontarkan oleh pihak Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang mengungkapkan tidak ada korban dalam kerusuhan tersebut.
Dikutip dari laman Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan dari Karopenmas Divisi Humas Polri mengungkapakan “Informasi yang mengatakan siswa pingsan, bahkan bayi meninggal dunia adalah tidak benar,”