Daerah, Lokacita: Kemarau yang melanda beberapa daerah di Jawa Barat akhir-akhir ini membuat Waduk Jatigede di Sumedang mengalami penyurutan.
Surut yang terjadi pada Waduk yang diperuntukan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) itu bahkan dinilai menjadi kasus terburuk sepanjang beberapa tahun kebelakang.
Dikutip Detik Jabar, Agus Suratman (52) selaku warga Desa Pakualam mengungkapkan bahwa kekeringan pada waduk yang terjadi pada kemarau kaliini lebih parah dari dua tahun terakhir.
Pria paruh baya itu juga mengatakan “bendungan mulai surut sejak juni lalu, jadi sudah sekitar empat bulan”.
Agus sendiri diketahui merupakan salah seorang warga yang terdampak dari penenggelaman Waduk Jatigede pada 2015, rumah yang dulu ditinggalinya bersama keluarga dulu berada di dalam area Bendungan.
Penyusutan volume air yang terjadi membuat puing-puing bekas pemukiman warga di dalam area waduk yang telah digenagi air kembali terlihat.
Tidak hanya pemukiman warga, pemakaman yang dulunya tergenang kini dapat dilihat bahkan dari bibir pantai dengan jelas sejak 2 bulan terakhir.
Pemakaman warga yang dulu terbenam air mulai terlihat sejak dua bulan terakhir, bahkan sekarang dari bibir pantai dapat terlihat dengan jelas. Hal tersebut diungkapkan Yaya Permana, selaku warga dilaporkan Jabar Ekspres (21/9).
Yaya juga menambahkan “dahulu ini merupakan area pemakaman warga, bisa dilihat dari banyaknya tembok makam dan batu nisan yang berserakan”.
Selain pemukiman dan pemakaman warga, sebuah masjid juga kini dapat terlihat kembali.
Menurut laporan Detik Jabar, luasnya area Waduk yang menjadi daratan akibat penyurutan air diperkirakan sampai 500 meter dari tepian pesisir Waduk.
Diketahui surutnya bendungan tersebut akibat kemarau bukanlah kali pertama terjadi. Pada 2021 lalu Waduk Jatigede juga mengalami hal yang sama.
Waduk Jatigede menggenangi sekitar 22 desa di wilayah Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Cirebon, di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.