INTERNASIONAL, Lokacita: Dewan Keamanan PBB menggelar rapat darurat menyusul serangan Amerika Serikat terhadap sejumlah fasilitas nuklir Iran.
Dalam pertemuan tersebut, sejumlah negara anggota, termasuk Rusia, China, dan Pakistan, mendorong pengesahan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat di kawasan Timur Tengah.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut serangan AS sebagai titik balik yang berbahaya dalam konflik Iran dan negara-negara Barat.
“Pengeboman terhadap fasilitas nuklir Iran oleh Amerika Serikat menandai titik balik yang sangat berbahaya,” kata Guterres, dikutip dari Reuters, Minggu (22/6/2025).
“Kita harus bertindak tegas untuk menghentikan pertempuran dan kembali ke jalur negosiasi yang berkelanjutan.”
Trump Klaim Hancurkan Situs Nuklir Iran
Serangan ini dilancarkan setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan telah “menghancurkan total” sejumlah situs nuklir utama Iran, dalam operasi gabungan dengan Israel.
Pernyataan tersebut memicu kecaman dari sejumlah negara anggota DK PBB, serta menimbulkan kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik berskala luas.
China dan Rusia Kecam Serangan AS
Perwakilan China untuk PBB, Fu Cong, menilai aksi militer tidak akan membawa perdamaian di Timur Tengah.
“Perdamaian tidak bisa dicapai melalui kekuatan militer. Upaya diplomatik belum sepenuhnya digunakan,” ujarnya.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, bahkan membandingkan serangan ini dengan invasi AS ke Irak pada 2003.
“Saat itu AS menggunakan dalih senjata pemusnah massal yang ternyata tidak terbukti. Sekarang mereka ingin kita mempercayai narasi yang sama,” katanya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Duta Besar AS untuk PBB, Dorothy Shea, membela tindakan negaranya dengan menuding Iran terus menyembunyikan program senjata nuklir dari pengawasan internasional.
“Rezim Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir,” ujar Shea.
Iran Tuding AS dan Israel Hancurkan Diplomasi
Permintaan rapat darurat diajukan langsung oleh Iran. Dalam forum tersebut, Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, menuding AS dan Israel sebagai pihak yang menghancurkan jalur diplomatik.
“Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) telah dimanipulasi sebagai dalih agresi yang membahayakan kepentingan kami,” kata Iravani.
Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menyatakan aksi militer diperlukan setelah seluruh upaya diplomasi gagal.
“Iran menggunakan negosiasi sebagai kedok untuk memperkaya uranium. Jika dibiarkan, dunia akan menghadapi konsekuensi yang sangat fatal,” tegasnya.
Belum Ada Jadwal Pemungutan Suara
Hingga kini, belum ada kejelasan kapan resolusi gencatan senjata akan diputuskan. Rusia, China, dan Pakistan masih menggalang dukungan hingga Senin malam waktu setempat.
Untuk disahkan, resolusi harus memperoleh sedikitnya sembilan suara setuju tanpa veto dari lima anggota tetap DK PBB: AS, Rusia, China, Inggris, dan Prancis.
Kerusakan Fasilitas Nuklir Iran Dilaporkan Parah
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, menyatakan telah terjadi kerusakan signifikan di sejumlah lokasi nuklir Iran, termasuk di Fordow, Isfahan, dan Natanz.
“Ada kawah besar di lokasi Fordow dan terowongan penyimpanan bahan nuklir di Isfahan juga terkena serangan,” ungkap Grossi.
“Namun, Iran melaporkan tidak ada peningkatan level radiasi di ketiga lokasi.”