INTERNASIONAL, Lokacita: Industrialisasi yang pesat di China selama beberapa dekade terakhir telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Namun, kemajuan ini disertai dengan biaya lingkungan yang tinggi, khususnya di sektor pertanian.
Penggunaan urea, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang berlebihan telah menyebabkan pencemaran parah pada tanah dan air tanah, yang mengakibatkan kontaminasi tanaman secara luas.
Hal ini dilaporkan telah membuat sekitar 20 persen lahan pertanian China menjadi tidak subur dan sebagian besar air tanah menjadi dalam kondisi .
Akibatnya, Tiongkok terpaksa mencari lahan pertanian berdasarkan kontrak di negara lain untuk memberi makan penduduknya yang sangat banyak, dikutip dari laman dailymirror, Minggu (02/03/2025).
Kerusakan lingkungan di Tiongkok dimulai dengan Revolusi Hijau pada tahun 1960-an dan 1970-an, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui penggunaan pupuk kimia, pestisida, dan varietas tanaman hasil tinggi.
Meskipun hal ini menyebabkan peningkatan substansial dalam produksi pangan, hal ini juga menjadi awal bagi praktik pertanian yang tidak berkelanjutan yang mengikutinya.
Ketergantungan pada input kimia meningkat selama bertahun-tahun, didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi permintaan pangan yang terus meningkat dari populasi yang berkembang pesat.
Diketahui, penggunaan urea yang berlebihan memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan.
Nitrogen dari urea meresap ke dalam tanah dan air tanah, menyebabkan kontaminasi yang meluas.
Akibatnya, lahan pertanian yang dulunya produktif menjadi tandus dan tidak layak untuk ditanami.
Penggunaan pestisida yang berlebihan menyebabkan berkembangnya hama yang resistan terhadap pestisida, yang mendorong para petani untuk menggunakan lebih banyak bahan kimia beracun.
Siklus setan penggunaan pestisida ini mengakibatkan akumulasi residu berbahaya di dalam tanah dan air, yang berkontribusi terhadap degradasi lingkungan secara keseluruhan.
Gabungan dampak pencemaran urea dan pestisida telah berdampak buruk pada sumber daya air bawah tanah Tiongkok. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan telah menyebabkan masuknya zat-zat beracun ke dalam air tanah.
Pencemaran lahan pertanian dan air bawah tanah juga telah memengaruhi kualitas tanaman yang ditanam di Tiongkok.
Tanaman yang ditanam di lahan yang tercemar menyerap zat-zat beracun dari tanah dan air, yang menyebabkan produksi makanan yang terkontaminasi.
Dengan sekitar 20 persen lahan pertanian menjadi tidak subur, negara tersebut terpaksa mencari solusi alternatif untuk memenuhi permintaan pangannya.
Salah satu solusi tersebut adalah mengamankan lahan pertanian berdasarkan kontrak di negara lain.
Tiongkok telah mengadakan perjanjian dengan beberapa negara, termasuk negara-negara di Afrika, Asia Tenggara, dan Amerika Latin, untuk menyewa atau membeli lahan pertanian untuk produksi pangan.