Internasional, Lokacita: Warga menolak kedatangan 249 pengungsi Rohingya yang tiba dan mendarat di Desa Pulo Pineung Meunasah Dua, Kecamatan Jangka Bireuen, Aceh pada kamis (16/11) subuh waktu setempat.
Penolakan tersebut merupakan buntut dari keresahan masyarakat terhadap para imigran yang tiba dan sebelumnya ditampung di daerah tersebut.
Menurut laporan dari Detik, Kepala Desa Pulo Pineung Mukhtaruddin menjelaskan bahwa para warga telah bermusyawarah dan memutuskan untuk menolak kehadiran para imigran Rohingya tersebut.
Mukhtaruddin menjelaskan bahwa keputusan tersebut diambil lantaran para warga telah resah pada para pengungsi yang kerapkali merepotkan setelah diterima tinggal dan mengungsi.
Penilaian tersebut hadir dari para pengungsi yang tiba di Desa Matang Pasi, Kecamatan Peudada, pada (16/10) lalu.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Kapolres Lhokseumawe AKBP Henki Ismanto yang menjelaskan bahwa ketidaksetujuan masyarakat atas kehadiran para imigran didasari dari tidak adanya lokasi penampungan dan kesan buruk yang hadir dari pengungsi sebelumnya.
Lebih lanjut, para pengungsi Rohingya dianggap lalai dalam menjaga kebersihan dan kerap kali mengindahkan syariat islam dan aturan adat yang berlaku di masyarakat.
“Para imigran yang melarikan diri (dari Rohingya) tidak menjaga kebersihan dan tidak mengikuti syariat islam serta adat yang ada di kalangan masyarakat setempat” jelas Henki pada Detik.
Dilansir dari Viva, merespon banyaknya warga yang berbondong-bondok ke lokasi untuk menolak para imigran, pihak kepolisian bertindak cepat dan membeikan peringatan.
Alhasil warga setempat bersedia memberikan bantuan BBM dan logistik pada para pengungsi Rohingya serta menyiapkan boat untuk menarik kapal mereka kembali ke laut
Menurut informasi, kedatangan para pengungsi tersebut bukanlah kali pertama terjadi. Namun berbeda dengan pengunsi sebelumnya, kali ini warga menolak keras kedatangan mereka kedaerahnya.
Berlabuhnya para pengungsi di daerah tersebut telah terjadi selama tiga hari berturut-turut dan dengan jumah yang berfariasi.
Pengungsi pertama berlabuh di Desa Kalee, Kecamatan Muara Tiga, Pidie, pada Selasa (14/11) sebanyak 196 orang, dan disusul dengan gelombang kedua di Pasie Meurandeh, Kecamatan Batee, Pidie pada Rabu (15/11) yang mengngkut 174 orang.
Setelah mendapatkan penolakan keras dari warga Bireuen, para imigran tersebut kemudian melanjutkan perjalannan dan berasil tiba di Desa Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara.