Nasional, Lokacita: Tepat pada Senin, (23/10/2023), nilai tukar mata uang rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), bahkan hampir menyentuh angka Rp 16 ribu, tepatnya di angka Rp 15.944 per dolar AS.
Penyebab rupiah melemah terhadap dolar AS lantaran capital outflow yang sangat deras dari pasar domestic, serta adanya inflasi AS yang masih belum mencapai target.
Diketahui, capital outflow sudah terjadi selama empat minggu berturut-turut. Derasnya capital outflow secara beruntun ini tercatat di pasar keuangan domestic yang terdiri dari jual neto. Bahkan dalam empat minggu terakhir ini, dana asing keluar dari Indonesia dengan total hampir Rp2,07 triliun di pasar saham.
Andry Asmoro selaku Kepala Ekonom PT Bank Mandiri mengungkap jika tekanan terhadap mata uang rupiah kali ini lantaran faktor global. Sebab pernyataan Jerome Powell yang menyebutkan kenaikan suku bunga ternyata membawa infalsi AS naik 2 persen.
Bank Indonesia (BI) juga mengungkapkan jika rupiah melemah kali ini lantaran terjadinya kenaikan suku bunga hingga 6 persen. Lantaran hal ini, Juda Agung selaku Deputi Gubernur BI mengungkap, jika saat ini BI akan terus berupaya menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi.
Lebih lanjut, untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang, ke depannya Bank Indonesia akan terus berupaya melakukan penguatan kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan makroekonomi Indonesia.
Selain itu BI juga akan memperkuat tingkat keamanan siber yang bersifat end to end agar keamanan data masyarakat berpengaruh terhadap sistem kelancaran pembayaran.
Lalu, apa yang akan terjadi jika rupiah melemah secara terus-menerus? Yusuf Rendy Manilet dari Ekonom Center of Reform on Economic mengungkap, jika situasi tidak diatas segera maka dampaknya adalah harga barang impor akan semakin mahal.
Hal ini tentu saja berdampak bagi para pelaku usaha. Selain itu, Yusuf juga mengungkap jika level rupiah melemah kali ini akan terjadi dalam periode yang cukup lama. Tentunya ini sangat merugikan berbagai pihak, terutama para pelaku usaha yang dipastikan akan menaikkan harganya dengan keuntungan yang pas-pasan.