Nasional, Lokacita: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, mengungkapkan fakta bahwa perekonomian dunia cenderung lemah, hal ini dipengaruhi berbagai faktor mulai dari ‘Scarring Effect’ pandemi Covid-19 sampai kondisi geopolitik dunia.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan kala menjadi pemateri pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) 2024 di Hotel Shangri-la, Jakarta pada Kamis (7/3).
Sri Mulyani memulai paparannya dengan membawa kabar terkait kondisi ekonomi yang cenderung melemah, informasi tersebut didapatnya dari G20 Brazil.
“Kita selalu mengatakan bahwa kondisi dunia tidak baik-baik saja, dan ungkapan tersebut memang ada alasannya,” kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengungkap alasan perlemahan ekonomi global bermula sejak Pandemi Covid-19 yang membuat banyak negara kewalahan serta menimbulkan ‘Scarring Effect’ atau dampak berkepanjangan.
Setelah Pandemi, diharapkan terjadi pemulihan yang berkelanjutan. Namun kenyataannya pemulihan tidak berjalan dengan seimbang, belum lagi kondisi geopolitik seperti peperangan di Ukraina berefek pada kenaikan harga pangan dan energi.
“Hal tersebut mendorong inflasi yang tinggi bahkan di negara maju yang biasanya dibawah 2%, bahkan di eropa itu sempat 0%,” ungkap Sri Mulyani
Terlebih terjadi kebijakan kenaikan suku bunga 5% di negara maju yang menjadi ‘Shock’ baru bagi perekonomian dunia, membuat terjadinya ‘capital outflow’ dimana modal ditark keluar sehingga makin memperburuk keadaan negara-negara berkembang.
Sementara itu, saat ini dunia kembali dihadapkan dengan tantangan perubahan iklim yang berimplikasi pada bencana alam serta kenaikan permukaan air laut yang menimbulkan abrasi dan berdampak pada tataruang di daerah yang dekat dengan laut.
Belumlagi tekanan geopolitik dan fragmentasi dunia yang menjadi lebih kompleks, membuat perdangangan dan investasi menjadi sulit untuk dinaikan.
Saat ini investasi terhalang kondisi geopolitik membuat terjadinya ‘friend shoring’ yang mana investor akan lebih selektif untuk memilih negara yang akan dijadikan tempat investasinya berdasarkan hubungan diplomatis negara tempat tingalnya.
Beberapa situasi diataslah yang menurut Sri Mulyani membuat kondisi perekonomian global tahun 2024 cenderung melemah dan inflasi meskipunenurun namun masih relatif tinggi.
“Syukur alhamdulillah Indonesia sendiri pertumbuhannya berada dikondisi yang relatif stabil juga cukup tinggi dengan inflasi yang relatif rendah” ungkapnya
Kondisi Indonesia yang dinilai cukup baik merupakan prestasi tersendiri menurut Sri Mulyani, mengingat kondisi ini terjadi ketika kondisi dunia sedang tidak dalam keadaan baik.
Saat ini, Indonesia tengah mengalami ‘capital inflow’, dan dengan stabilitas capital maka nilai tukar rupiah relatif baik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif baik membuat angka pengangguran dan kemiskinan menurun. Menteri Keuangan juga mengharapkan pada tahun 2024 angka kemikinan ekstrim dapat ditekan sampai mendekati 0%.
Lebihlanjut, Sri Mulyani memaparkanbahwa perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus berkembang diatas 5% pada 2024-2025
“Namun ini perlu diusahakan lagi karena dari komponen permintaan, konsumsi kita diangka 4,9%, sehingga daya beli masyarakat perlu dijaga” ungkapnya
Tugas lain bagi pemerintahan menurut Sri Mulyani adalah investasi yang perlu dipulihkan untuk dapat mencapai angka diatas 5% dan bahkan 6 persen.