Nasional, Lokacita: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mengungkap penurunan pendapatan pelaku usaha alat peraga kampanye (APK) dibandingkan dengan pemilu 2019.
Naas, Dana besar kampanye yang biasanya mengalir ke UMKM tampaknya tidak terjadi kali ini, dengan penurunan penjualan mencapai 40-90%.
Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM, Yulius, menyatakan bahwa penjualan produk kampanye mengalami penurunan signifikan, sekitar 40-90 persen, pada konferensi pers Senin (8/1) lalu.
“Penjualan produk kampanye mengalami penurunan yang cukup signifikan, sekitar 40-90 persen” kata Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM, Yulius ke wartawan pada Senin (8/1) lalu.
Observasi lapangan terhadap sejumlah pelaku UMKM di area Pasar Jaya Tanah Abang dan Pasar Jaya Senen di DKI Jakarta serta wawancara dengan 15 orang pelaku UMKM mengungkap penurunan pendapatan tersebut.
Sementara, dana kampanye partai politik mencapai ratusan miliar pada Pemilu 2024 dengan PDIP yang tercatat
penerimaan dan pengeluaran dana terbesar sebagaimana dari Laporan Awal Dana Kampanye (LADK) ke KPU.
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P Sasmita, menyoroti perbedaan signifikan antara euforia kampanye 2019 dan situasi saat ini.
Kampanye yang dulunya lebih fokus pada interaksi langsung dengan masyarakat, kini lebih digencarkan di media sosial, terutama TikTok dan Instagram.
Perubahan era kampanye tampaknya tidak hanya memengaruhi UMKM konveksi, melainkan juga iklan di media cetak dan televisi.
“Dana kampanye cenderung terserap dalam alat peraga digital di platform media sosial, terutama TikTok dan Instagram, melalui influencer dan iklan langsung dari partai dan caleg” kata Rony dikutip CNN
Yusuf Rendy dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia mencatat perubahan konsep kampanye besar yang kurang terlihat sekarang.
Meskipun konsep kampanye terbuka dengan artis masih ada, kampanye dengan dialog langsung lebih banyak dilakukan oleh paslon capres dan cawapres.
“Meskipun konsep kampanye terbuka dengan melibatkan artis di lapangan besar tetap dilakukan, namun kampanye dengan pola dialog langsung dan keterlibatan aktif di tengah-tengah masyarakat lebih banyak dilakukan oleh paslon capres dan cawapres” jelasnya.
Rendy menyatakan bahwa di masa lalu, kampanye terbatas pada Facebook dan Twitter. Namun, saat ini, platform kampanye bertambah dengan adanya TikTok, yang dianggap memiliki pengaruh lebih besar terhadap masyarakat.
Bahkan, muncul metode kampanye baru melalui siaran langsung TikTok yang dianggap lebih efektif untuk menarik pemilih muda.
Dalam konteks UMKM konveksi, Bhima Yudhistira dari CELIOS menyebut bahwa pesanan kaos kini lebih banyak dikerjakan oleh pelaku usaha yang memiliki koneksi dengan partai politik. Faktor lainnya adalah percetakan baliho dan alat peraga kampanye yang dikelola oleh perusahaan terafiliasi timses dan partai.
“Terdapat kecenderungan bahwa percetakan baliho dan alat peraga kampanye dikelola oleh perusahaan yang terafiliasi dengan tim sukses (timses) dan partai politik” jelas Bhima
Bhima menyarankan pada para pelaku usaha untuk tidak terlalu mengandalkan kampanye cetak fisik, terutama dengan adanya pemilu serentak pada November 2024. Agar tidak terlalu agresif dalam mengajukan kredit atau menambah stok barang di gudang.