Minggu, Januari 19, 2025
spot_img

Sadis! Israel Ubah Gaza Jadi Lautan Mayat, Korban Tewas Mencapai 6 Ribu

Internasional, Lokacita: Lagi dan lagi militer Israel kembali melakukan pengeboman di wilayah Jalur Gaza, tepatnya pada Sabtu, (21/10/2023) kemarin. Ironi, hanya beberapa jam setelah pengeboman terjadi, wilayah Gaza berubah menjadi lautan mayat dengan total korban tewas mencapai hingga 6 ribu lebih.

Diketahui tujuan militer Israel melakukan pengeboman di wilayah Jalur Gaza bertujuan untuk mengurangi risiko yang akan dihadapi oleh pasukan militer saat memasuki wilayah Gaza dalam fase perang yang dilancarkan Hamas pada 7 oktober 2023 kemarin.

Pada serangan tersebut, tercatat sebagai serangan paling mematikan dalam sejarah Israel. Itulah sebabnya Israel membalas dengan pengeboman tanpa henti hingga menewaskan lebih dari 4.300 warga Palestina, termasuk warga sipil.

Akibat pengeboman yang dilakukan oleh Israel, kini pasokan makanan, listrik, bahan bakar, dan air bersih terancam terputus. Bahkan memicu peringatan akan terjadinya bencana kemanusiaan.

Untuk menanggulangi kelaparan, hingga Sabtu, (21/10/2023) kemarin terlihat ada 20 truk yang melewati perbatasan Rafah dari Mesir ke Gaza. Jalan tersebut adalah jalan satu-satunya menuju Gaza yang di mana tidak dikendalikan oleh militer Israel.

Walaupun begitu, 20 truk bantuan tersebut masih jauh dari kata cukup untuk warga Gaza. Tentu saja hal ini menarik perhatian UNICEF dan WHO yang berpendapat jika situasi tersebut adalah bencana besar, dan dunia harus berbuat lebih banyak.

Seperti yang diketahui, perang Hamas-Israel hingga saat ini masih memanas. Bahkan serangan darat yang dilakukan oleh militer Israel di Gaza menimbulkan banyak risiko, salah satunya adalah penyanderaan.

Kini Gaza berubah menjadi lautan mayat, setidaknya hampir 70 persen penduduk Gaza telah mengungsi ke tempat yang lebih aman. Menurut PBB, tercatat sebanyak30 persen bangunan yang ada di Gaza telah hancur dan rusak.

Saat ini ribuan orang mengungsi di sebuah kamp yang didirikan oleh Khan Yunis, di Gaza bagian Selatan. Untuk mencapai kamp tersebut, butuh waktu setidaknya 10 jam berjalan kaki, bahkan di beberapa titik pengungsi terpaksa berlari agar tak terkena rudal.

Atas tindakan keji yang dilakukan oleh militer Israel, kini seluruh dunia melakukan unjuk rasa untuk mendukung warga Palestina. Saat ini pemerintah dunia juga tengah berunding mencari jalan keluar agar perang Hamas-Israel berakhir dengan damai.

EditorDewi F

Bagikan

Komentar

Artikel Terkait
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -
Google search engine
- Advertisment -
Google search engine

Terbaru