Nasional, Lokacita: Prabowo Subianto dianggap pro politik dinasti oleh masyarakat memang sedang panas dan ramai dibicarakan. Pasalnya, Prabowo Subianto secara resmi mengajak anak sulung Presiden Jokowi menjadi pendamping saat pemilihan presiden nanti.
Hal ini tentu saja membuat para pengamat politik dan netizen merasa terkejut dan heran dengan alasan Ketua Umum Partai Gerindra memilih Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden.
Sebelumnya, Gibran Rakabuming Raka ini memang belum bisa menjadi calon wakil presiden karena usia Gibran belum mencukupi menjadi cawapres.
Namun, MK ternyata mengabulkan permohonan salah satu penggugat mengenai permasalahan usia tersebut sehingga anak sulung Presiden Jokowi bisa menjadi cawapres saat ini.
Melansir dari berbagai media, ada dugaan Prabowo Subianto merasa kurang percaya diri apabila pasangan cawapresnya bukanlah sosok putra dari Presiden Jokowi.
Namun, menurut pengamat politik Eep Saefulloh seharusnya demokrasi yang sehat melalui tiga tahapan prosesnya.
“Proses politik itu ada tiga tahapan, pertama seleksi, kedua election atau pemilihan, dan ketiga delivery,” kata Eep Saefulloh dilansir dari akun di salah satu media sosial, @BosPurwa.
Eep mengatakan kembali apabila salah satu pihak memotong proses politik maka pihak tersebut sedang membangun dinasti politik.
“Jadi belum tentu benar apanila ada orang mengatakan bahwa bukan dinasti kalau dipilih rakyat, enggak begitu,” kata Eep kembali.
Eep mengatakan kembali sebelum terjadi proses dipilih harus melibatkan MK karena membuat keputusan, misalnya memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat.
“Sayangnya, MK ternyata tidak eligible dan kebetulan orang tersebut mempunyai hubungan keluarga dengan pemilik kekuasaan, ya itu salah satu contoh praktek membangun dinasti politik,” ungkap Eep kembali.
Dalam unggahan akun di salah satu media sosial @BosPurwa, Eep mengatakan secara tidak langsung netizen dan publik pasti menduga dan memberikan tanggapan bahwa Prabowo Subianto ikut mendukung politik dinasti karena berpasangan dengan anak sulung Presiden Jokowi setelah putusan MK.
Beberapa netizen pun ikut mengomentari di akun @BosPurwa.
” Terlalu ambisi kekuasaan yang telah memuncak, ternyata melupakan etika berpolitik,” tulis salah satu netizen.
“Aneh sih calon presiden melegalkan dan menormalisasikan praktik KKN,” tulis netizen lainnya.